Minggu, 17 April 2011

Menulis untuk melatih pikiran

Saya akui kalau saya lumayan susah saat merangkai kata menjadi sebuah kalimat. Banyak hal yang tiba-tiba minta saya ingat, terlalu banyak informasi yang berebut minta diolah. Seperti sekarang contohnya, lama saya hanya bisa termenung di depan layar komputer. Bengong seperti orang bego yang kecopetan dompet. Bingung mau menulis apa, padahal tadi saya sudah ada ide.Tapi saat mau menuangkan kedalam tulisan ya jadi begini.Tersendat-sendat.

Saya kagum pada orang-orang yang dengan mudahnya merangkai kata menjadi sebuah tulisan menarik.Mengikat para pembaca untuk terus mengikuti jalannya cerita, memberi sensasi yang misterius. Mengundang pembaca terbawa arus yang diciptakan oleh si penulis. Kagum dan sedikit iri tepatnya.

Saya sadar, semua perlu kerja keras. Kata guru saya :
"Kamu harus banyak berlatih nak. Kehidupan ini punya beribu sisi yang bisa kau ungkap kedalam untaian kata.Jangan pernah bosan untuk mencoba dan mencoba"
"Siap guru, tapi saat saya bosan, apa yang harus saya lakukan?"
"Coba kamu tuliskan kebosananmu itu, rubah ke dalam kalimat, niscaya kebosanan itu menjadi hal yang memikat"

Nasehat guru saya sudah dpraktekkan, seperti saat ini. hehe.
captured by : a.n.s 2010
Manusia yang mudah bosan akan rutinitas yang sama tiap saat. Tekanan dari segala arah yang menuntut segala sesuatu harus sempurna.Kadang saya merasa sudah kehilangan kreativitas merangkai kata, parah sekali. Padahal saya bercita-cita menjadi penulis. Mimpi yang sedang saya usahakan agar menjadi kenyataan.Saat ini mungkin jalan saya masih jauh, tapi saya yakin. Harus sabar untuk membuka pintu itu.

Pintu yang kuncinya sudah saya genggam erat, tinggal berjalan di jalur yang benar dengan bimbingan Sang Penguasa Jagad, Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa.

Purnama Malam Ini

Dahulu terasa damai
Pulau ku ini
Dahulu aku tak merasa hampa
Tapi kenapa sekarang senyum susah tercipta
Manusia sudah tak ada lagi rasa sebagai saudara
Hanya berpikir hidup sebagai yang terhebat, yang terkuat.

Pulau ku dulu surga
Kini sudah berubah menjadi neraka
Nusa ku dulu penuh dengan cinta
Saat ini hanya harta,tahta dan kasta yang berkuasa

Kutulis apa yg menjadi kata hati
Ditemani purnama malam ini
Sudah lama ku ingin berkata sudahlah
Kenapa tak kembali menjadi saudara?
Saudara yg ada di saat susah dan tak mengharapkan hura-hura.

Resah..semakin resah..






Jumat, 15 April 2011

Ulat Bulu Strikes Back!

Saat kita kecil, tempat kita bermain adalah alam (spertinya tidak berlaku untuk anak generasi thn 2000-an).di sawah, sungai,ladang, kebun kopi/coklat milik tetangga. dan pastinya banyak ulat yang hidup di pepohonan sekitar. ulat yg akan bermatemorfosa menjadi ngengat/kupu-kupu.

courtesy : wikipedia.org
Saya pernah menyimpan ulat dalam gelas plastik berisi dedaunan, dengan niat ingin melihat proses si ulat berubah menjadi kupu-kupu yang cantik. Tapi karena saya ceroboh dan tidak sabaran, si ulat saya tumpuk terus dengan daun, akhirnya dia mati. malang nian nasib si ulat karena saya yg terlalu kreatif.

Fenomena ulat bulu belakangan ini meresahkan banyak orang. Kenapa ulat bulu bisa muncul secara tiba-tiba dan langsung sebegitu banyak? Darimana asalnya? Bagaimana cara membasmi mereka?. Semua bingung memikirkan jalan keluar. Dari tukang tambal ban sampai anggota dewan yang terhormat ikut berkomentar. Bahkan bapak anggota dewan menyebutkan kalau serangan ulat bulu adalah cobaan bagi manusia (cobaannya terus menerus ya :) ). Kabar terbaru menyebutkan kalau ulat bulu sudah pernah muncul  dan akan hilang dengan sendirinya karena ada predator alami. Tapi yang jelas untuk saat ini ulat bulu masih terus bermunculan.

Heboh ulat bulu ini mengingatkan saya pada judul salah satu seri Star Wars ; yaitu Empire Strikes Back yang diproduksi pada tahun 1980.dimana sang Raja Kejahatan, Darth Vader, memburu tokoh protagonis Luke Skywalker karena takut si Luke akan menghancurkan kerajaannya. Darth Vader mengerahkan seluruh pasukan untuk mencari dan membunuh Luke. Mungkin sama halnya dengan ulat bulu yang muncul belakangan ini. mereka melancarkan "Strikes Back" pada manusia karena sudah menghandurkan habitat hidup mereka. Pepohonan sudah diganti dengan apartemen, kebun dan ladang sudah menjadi ruko dan pemukiman.

 "Ayo kawan, mari kita serbu manusia" kata pemimpin ulat. "Kita serang mereka karena sudah mengambil tempat tinggal kita" "apa yang akan kita wariskan kepada anak cucu kita". makin berkoar si pemimpin ulat, makin bersemangat para pengikutnya untuk ambil bagian dalam serangan masal kali ini.

Nah, apa perlu kita menunggu sampai ada serangan ulat2 lainnya? atau malah tikus dan hewan lain? semata-mata karena kita lupa bahwa dunia tidak hanya milik manusia. Tapi dunia juga milik ciptaan Tuhan lain-nya. Hidup toleransi itu penting bagi keberadaan bumi.


salam ulat bulu,
ans.

Jumat, 01 April 2011

Salam Kawan

Sudah lama sekali saya tidak menulis di blog. hampir setahun, tepatnya setahun kurang 5 hari.karena posting terakhir saya tertanggal 6 April 2010.sedangkan sekarang sudah tanggal 1 April 2011.Singkat cerita, selama setahun ini sudah banyak perubahan yang terjadi di kehidupan saya.Mulai dari diterima sebagai pengajar di Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, berusaha untuk hidup lebih sehat sampai pada hal-hal kecil seperti potong rambut.

Posting kali ini juga menandai perubahan, karena hanya perubahan yang abadi di dunia ini. Pertama-tama, perubahan nama blog saya "Anak Bali" menjadi "Dunia Kita". Nama baru ini menandai kalau saya ingin tahun 2011 menjadi tonggak perubahan saya agar menjadi manusia yang lebih baik dan "mendunia".tidak melulu memikirkan diri sendiri tapi mencoba untuk berbagi apa yang ada di benak saya,di daerah asal saya (Bali),di negara saya (Indonesia) kepada seluruh warga dunia.

Saya sadar bahwa jaman sekarang informasi dapat berpindah dngn hitungan seper-sekon.belum sedetik sudah pindah dari satu pihak ke pihak lain.tanpa ada batasan,tanpa ada yang ditutup-tutupi.terkesan agak vulgar, vocal, to the point, tanpa berpikir etika dan tanpa empati.mudah-mudahan saja saya tidak larut dalam pola seperti itu.saya tetap percaya,informasi harus melalui saringan.tdk sekedar "Bavarde" atau omong doang.malah tidak membawa dampak positif sama sekali.hanya menjadi gosip tak jelas,numpang lewat dan tak diingat.saya ingin melalui blog ini,saya bisa menyampaikan pemikiran,informasi dan hasil kerja saya dengan efektif dan efisien.lugas tapi tidak nakal,to the point tapi dikemas dengan apik.pokoknya agar enak dibaca dan mengena di hati.

sekian dulu dari saya, yang bisa dibilang 
'penulis blog kambuhan' :)

salam,
a.nugraheni.

Selasa, 06 April 2010

Bertahan dengan Kepercayaan




"Meme, ada be ap jumah?, seduk ne me. yen sing ad be yang kal meli McD ". 
Begitu kata Made Tombong kepada ibunya lewat ponsel barunya. Namanya saja beli ponsel baru, padahal beli sekon. 

Itu gambaran masyarakat Bali saat ini, yang sudah semakin larut dalam arus globalisasi dan modernisasi, serta sasi2 lainnya. Sebagian masyarakat, khususnya masyarakat di perkotaan dikelilingi oleh gaya hidup hedonis dan metropolitan. apalagi ABG (anak baru gede) yang saban hari nongkrong di mal atau cafe. entah sekedar duduk2 sambil makan donat J.Co plus nge wifi, atau sekedar main bilyar.

Banyak pihak yang pesimis terhadap kelangsungan budaya Bali. Terutama dengan adanya interaksi antara kebudayaan dan pariwisata , serta pengaruhnya bagi pembinaan kebudayaan dan pengembangan pariwisata Bali. Hal tersebut tentunya akan membawa pengaruh positif tapi juga negatif bagi masyarakat Bali. Pengaruh positifnya dapat dilihat dari pembangunan yang semakin meningkat ditopang oleh pariwisata. Sedangkan pengaruh negatifnya juga ada, terutama dari segi sosial dan gaya hidup. 

Sejarah hubungan Bali dan Pariwisata terjalin cukup lama. Di Bali mulai dikenal kegiatan pariwisata pada periode tahun 1920-an. Dan hingga sekarang, Bali menjadi satu daerah tujuan wisata yang paling terkenal di Indonesia bahkan sampai dunia. Sehubungan dengan hal tersebut, masyarakat yang bekerja di bidang pariwisata semakin bertambah, jumlah desa yang dibuka menjadi obyek wisata juga bertambah. Apalagi kepariwisataan di Bali dibangun menjadi industri dan bisnis yang profesional, sehingga dari semua segi mampu berdampingan dan bersaing dengan negara lain yang sudah maju kepariwisataannya. Oleh karena itu, meningkat pula intensitas pergaulan, komunikasi dan keterbukaan kebudayaan Bali terhadap kebudayaan Barat (internasional).

Bertentangan dengan pihak yang pesimis akan kelangsungan budaya Bali, ada juga pihak yang optimis kalau budaya Bali bisa bertahan dari pengaruh Barat. Pihak ini yakin pengaruh pariwisata tidak serta merta membawa pengaruh negatif di Bali. Karena interaksi kebudayaan lokal dengan kebudayaan luar yang berlangsung dalam bingkai kepariwisataan tetap berjalan secara fleksibel dan adaptif tanpa meninggalkan esensi atau tujuan awal dari agama Hindu, yaitu untuk Yadnya. 

Jika dianalisis secara struktural, baik struktur dalam maupun struktur luar, tampak beberapa ciri yang melekat dalam kebudayaan Bali. Dimana kebudayaan itu selalu menunjukkan diri sebagai kebudayaan yang cenderung bersifat ekspresif, selain memiliki ruang luas yang memberi kesempatan untuk berkembang secara variatif. Hal itu terjadi akibat struktur dalam yang menjadi esensi dan pembentuk kepribadian kebudayaan merupakan perpaduan yang utuh antara tradisi dengan Agama Hindu yang berintikan nilai religi, estetika dan solidaritas. Sedangkan dari struktur sudut luar, kebudayaan Bali senantiasa diwarnai proses adaptasi dan respon yang dinamis dari masyarakat Bali terhadap perkembangan yang terjadi di lingkungannya.

Dengan demikian, struktur luar kebudayaan Bali memperlihatkan keragaman bentuk dan variasi sesuai dengan konsep desa, kala, patra (tempat, waktu, keadaan). Memang, dibanding struktur dalam, struktur luar kebudayaan Bali lebih cepat berubah. Namun demikian pola perkembangan kebudayaan Bali tidak akan menyimpang dari beberapa konsep yang membangun dan melandasi strukturnya (Mantra,1993) , antara lain :

1.     Rwa Bhineda (Dualistik)
Suatu pengakuan tentang adanya dua kategori yang secara abadi berlawanan dan senantiasa mewarnai kehidupan ini yaitu baik dan buruk, sacral dan profane, pria dan wanita, dst

2.     Keselarasan
Terutama keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan lingkungan, manusia dengan sesamanya. Sikap ini sangat kentara dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Bali.

3.     Solidaritas
Yaitu penekanan pada kebersamaan dan kerja sama antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok.

4.     Karmapala
Yakni suatu pandangan dan keyakinan bahwa setiap perbuatan pasti akan mendatangkan hasil tertentu. Tergantung dari perbuatannya. Perbuatan baik akan membawa hasil baik, sebaliknya perbuatan buruk akan membawa hasil yang buruk pula.

5.     Desa-Kala-Patra
Konsep ini menunjukkan penerimaan terhadap kenyataan hidup bahwa dalam keseragaman ada keragaman, dan dalam kesatuan pasti terdapat perbedaan. Hal ini memberi gambaran tentang bentuk komunikasi kebudayaan Bali, baik ke luar maupun ke dalam. Menerima perbedaan dan variasi yang timbul sesuai factor desa, kala, patra (tempat, waktu dan keadaan). Contoh : walaupun di Bali ada kesamaan bahasa dan agama, namun bentuk dan isi kebudayaan di tiap tempat sangat bervariasi.

6.     Daya Dukung Sistem Sosial
Keberadaan kebudayaan Bali juga ditentukan oleh dukungan dari system sosial yang mapan. Sistem sosial itu terwujud dalam lembaga-lembaga tradisional, seperti desa adapt, dadia dan organisasi subak yang masing-masing memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan masyarakat. Dan lembaga tradisional yang dibetuk berdasarkan konsep Tri Hita Karana sangat fungsional sebagai basis penerapan dan pengembangan budaya Bali.

Tri Hita Karana mengandung filsafat keselarasan, yaitu keselarasan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesama dan manusia dengan alam lingkungannya. Filsafat keselarasan itu, sesuai ajaran Hindu, merupakan tujuan hidup orang Bali. Secara lebih hakiki pandangan itu tersurat dalam Pustaka Suci Wedha, yakni : Moksartham jagaditaya ca iti dharma, artinya tujuan agama adalah mencapai kesejahteraan jasmani dan kebahagiaan hidup rohani secara selaras dan seimbang.

Negara-negara berkembang yang lingkungan masyarakatnya diwarnai perubahan yang sangat pesat, perhatiannya terhadap nilai-nilai tradisi harus tetap tinggi. Karena ciri pembangunan yang dilandasi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi itu dapat membawa perubahan yang sangat cepat, maka potensi kebudayaan semestinya juga dikembangkan supaya mampu memasuki pembaruan, sanggup menerima nilai-nilai baru dan menyesuaikannya secara kreatif dengan keadaan yang terus berkembang. 

Dengan demikian tradisi budaya akan tetap memperoleh tempat dalam kehidupan modern. Dan potensi tradisi itu harus ditampilkan sebagai pendorong bagi kreativitas masyarakat, seirama dengan tantangan kehidupan yang timbul dari perubahan-perubahan. Kemampuan menerima perubahan merupakan satu potensi yang sangat penting dan inilah yang menjadi sebab adanya nilai-nilai yang dapat terus bertahan hidup.

Sangatlah perlu merevitalisasi nilai-nilai tradisi agar selaras dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Apalagi kita tahu pembangunan dan prubahan adalah potensi dalam unsur budaya (tradisi) itu. Di Bali, unsur-unsur yang demikian itu sudah mengakar dan menjadi kepribadian kehidupan masyarakat. Unsur cipta, rasa dan karsa tercermin sebagai inti nilai tradisi.

Daya tahan unsur-unsur kebudayaan Bali itu telah terbentuk sejak berabad-abad lalu, terutama sejak kontak dengan agama Hindu pada permulaan Masehi. Proses yang panjang itu juga yang membuat agama dan kebudayaan Hindu menyatu dengan tradisi Bali sehingga tidak terpisahkan lagi dalam kehidupan masyarakat, dengan kata lain tradisi Bali sejak awal memiliki potensi untuk berkembang mengikuti perubahan, tanpa harus melepaskan nilai-nilai hakikinya.

Potensi itu, selain dibentuk oleh konsep : rwa bhineda, desa kala patra, tri hita karana juga oleh taksu dan jengah. Taksu dan Jengah merupakan dua paradigma dalam kebudayaan Bali yang sangat dihayati oleh pendukungnya.

7.     Taksu
Adalah kekuatan dalam yang memberikan kecerdasan, keindahan dan keajaiban. Dalam kaitannya dengan berbagai aktivitas budaya Bali, taksu juga punya arti sebagai kreativitas budaya murni, yang memberi kekuatan spiritual kepada seorang seniman untuk mengungkapkan dirinya “lebih besar” dari kehidupan sehari-harinya. Seorang seniman dapat dikatakan memiliki taksu apabila ia mampu mentransformasikan dirinya secara utuh sesuai dengan peran yang ditampilkannya dan muncul dengan memukau , sehingga dengan penampilan itu ia dapat menyatu dengan masyarakat pendukungnya.

8.     Jengah
Dalam konteks budaya (seni) Bali, jengah memiliki konotasi semangat untuk bersaing dalam menciptakan karya-karya bermutu tinggi. Jika taksu memiliki arti sebagai kreativitas budaya, maka jengah merupakan sifat-sifat dinamis yang dimiliki oleh budaya itu, yakni suatu gerak spiritual yang menjadi pangkal segala perubahan dalam kehidupan masyarakat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa budaya Bali yang dinamis merupakan potensi untuk bertahan dari pengaruh buruk budaya modern. Hidup masyarakatnya yang patuh pada aturan dari lembaga adat, pada akhirnya membentuk orang Bali menjadi manusia yang kuat, suka bekerja keras, berjiwa gotong royong dan menjunjung solidaritas. 


Potensi seperti ini harus dikembangkan untuk kepentingan membangun bangsa. Dengan cara melakukan pembinaan budaya local secara terus-menerus karena Bali merupakan pusat pertemuan berbagai kebudayaan. Jangan sampai budaya Bali semakin terpinggirkan oleh budaya Barat. Semua jenis kesenian harus dibina dan dikembangkan, supaya kedudukan kesenian menjadi bagian PRIMER diantara kebutuhan hidup masyarakat. Dengan begitu kesenian akan mampu bertahan dan mendukung kehidupan ekonomi para pelaku seni. Akibatnya, kehidupan kesenian Bali akan tetap subur di tengah-tengah gempuran budaya Modern.




Kerja

taken by : a.n.s
Makhluk menetas dari makanan,
makanan mengurai dari hujan,
hujan berderai dari yadnya,
yadnya adalah kerja, saudaraku.

Tiada orang mereguk dosa karena menyantap
apa yang tersisa dari yadnya.
Tapi mereka, orang-orang jahat,
yang menyiapkan makanan untuk kepentingannya sendiri,
ia sendiri memangsa dosa-dosanya.

Kecuali bekerja,
alam juga terikat hukum karma.
Oleh karena itu, wahai saudaraku,
beryadnyalah, bebaskan segala ikatan,
Bekerjalah bagi Tuhan.

taken by : a.n.s
Tanpa kerja, bagaimana mungkin,
engkau memelihara badanmu,
Maka bergegaslah, laksanakan kewajibanmu.
O, saudaraku, letak kebebasan bukanlah dalam diam.
Bukan pula menghindar dari tugas
membuat sampai pada kesempurnaan.






Disunting dari Kitab "Bhagawadgita"

Jumat, 05 Maret 2010

Pura Luhur Batukaru


Dalam lontar Kusuma Dewa disebutkan, Mpu Kuturan merupakan salah satu tokoh sentral berdirinya Pura Kahyangan Jagat yang ada di Bali. Begitu juga dengan berdirinya Pura Batukaru pun tidak bisa dilepaskan dari peran yang dimainkan Mpu Kuturan tersebut. Disebutkan pula Pura Luhur Batukaru sudah ada pada abad ke-11 Masehi. Sezaman dengan Pura Besakih, Pura Lempuyang Luhur, Pura Guwa Lawah, Pura Luhur Uluwatu, dan Pura Pusering Jagat.


Diperkirakan, sekitar abad ke-11 Masehi, Mpu Kuturan dalam pustaka Padma Bhuwana menyatakan atau sejenis memproklamasikan Bali sebagai Padma Bhuwana. Artinya, Bali sebagai replika alam semesta sthana Tuhan. Tujuan dari Padma Bhuwana Tattwa itu adalah untuk menanamkan bahwa Tuhan itu ada di mana-mana. Tak ada kegiatan hidup ini tanpa kesaksian Tuhan.

Agar pemujaan pada Tuhan menjadi terarah untuk membenahi kehidupan umat manusia, maka Mpu Kuturan mengajarkan tentang penjabaran Padma Bhuwana Tattwa menjadi empat konsep pemujaan. Inti Padma Bhuwana Tattwa itu adalah konsep pemujaan pada Tuhan yang eksistensiNya ada di alam semesta.
 

Pura Luhur Batukaru terletak di Desa Wongaya Gede Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan. Sekitar 42 km dari kota Denpasar. Lokasi pura ini terletak di bagian barat Pulau Bali di lereng selatan Gunung Batukaru. Kemungkinan besar nama pura ini diambil dari nama Gunung Batukaru ini. 


Pura Luhur Batukaru merupakan salah satu pura Sad Kahyangan yang terletak di sebelah Barat Pulau Bali ini, juga dikenal sebagai pengider bhuwana. Karena statusnya sebagai Kahyangan Jagat, maka pura ini disungsung umat Hindu dimana pun di jagat raya ini. Karena letaknya di Barat Pulau Bali sebagai pengider bhuwana, dapat dipastikan pura ini tempat memuja kebesaran Ida Sanghyang Widhi dalam manifestasinya sebagai Mahadewa. Odalan di Pura Luhur Batukaru adalah tiap Manis Galungan atau Wrespati Umanis Dungulan.

Referensi : Parisada Hindu Dharma Indonesia